Legislator Soroti Sistem Pembiayaan UMKM Oleh Perbankan

10-12-2022 / KOMISI XI
Anggota Komisi XI DPR RI Hendrawan Supratikno saat mengikuti pertemuan Tim Kunspek Komisi XI DPR di Semarang. Foto: Anju/nr

 

Anggota Komisi XI DPR RI Hendrawan Supratikno menyoroti soal akes pembiayaan UMKM yang dilakukan pihak perbankan. Hal itu diungkapkan saat politisi PDI Perjungan tersebut melakukan Kunjungan Spesifik (Kunspek) Komisi XI DPR pada Jumat, (9/12/2022), di Semarang, Jawa Tengah.

 

Menurut data yang didapatkan Hendrawan, Net Interest Margin antara bunga pinjaman dengan bunga simpanan di Indonesia selisihnya sangat tinggi, yakni 4,7 persen. “Selisih antara bunga pinjaman dengan bunga simpanan di Indonesia itu masih sangat tinggi, dan di Jawa Tengah lebih tinggi lagi, yaitu angkanya 6,6 persen,” ungkap Hendrawan.

 

Menurut Hendra perbedaan selisih bunga yang cukup tinggi tersebut perbankan secara tidak langsung seperti renternir. “Jadi bank tanpa disadari bermetamorfosa menjadi rentenir. Ini yang menjadi keprihatinan kami,” katanya.

 

Selain itu, Hendrawan juga menyayangkan soal sistem kredit yang dinilai merugikan nasabah. “Demikian juga kredit usaha rakyat, misalkan 30 juta tapi kenyataan yang diterima oleh nasabah ini hanya sekitar 17 juta. Setelah dipotong biaya administrasi dan biaya angsuran 3 bulan pertama,” ucapnya.

 

“Nah, kalau seperti ini perbankan tidak bisa menjalankan fungsi intermediary, fungsi perantara dengan efisien, ini berbahaya. Ekonomi kita akan menjadi ekonomi yang tidak efisien, akses rakyat terhadap pembiayaan akan sangat sulit. Itu yang kami soroti,” imbuhnya lagi.

 

Hendrawan juga mengatakan akan pentingnya ketahanan ekonomi rakyat, karena hal itu bisa menentukan stabilitas politik nasional. “Itu sebabnya, Komisi XI terus menerus mendorong agar seluruh akses, dari rakyat usaha kecil menengah ini kepada sumber-sumber ini harus dibuka. Sebab kalau tidak, ekonomi kita akan menjadi ekonomi yang sangat timpang.” Kata Hendrawan.

 

Sementara itu, konstruksi Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia mencapai 57 persen dari konsumsi. Hal itu menunjukkan tingkat konsumsi di Indonesia masih sangat tinggi. “Coba anda berikan, begitu anda punya uang, maka konsumsi kita akan meningkat. Itu menunjukkan bahwa Marginal Prospensity to Consume, kecenderungan masyarakat berkonsumsi masih sangat tinggi,” bebernya.

 

Dia juga meminta masyarakat tidak takut dengan adanya isu resesi yang diramalkan akan terjadi pada tahun mendatang. “Masalahnya, hanya sumber pendapatan saja, jadi itu sebabnya, tidak perlu ditakuti lagi resesi ini,” pungkasnya. (aas/aha) 

BERITA TERKAIT
Lonjakan Kenaikan PBB-P2 Dampak Pemangkasan DAU dan Tuntutan Kemandirian Fiskal
18-08-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi XI DPR RI Amin Ak menyoroti lonjakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)...
Pidato Ambisius Presiden Harus Menjadi Nyata, Realistis, Terukur, dan Berpihak kepada Rakyat Kecil
18-08-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Hanif Dhakiri mengatakan, pihaknya mendukung penuh target ekonomi Presiden Prabowo 2026...
Ekonomi Global Tak Menentu, Muhidin Optimistis Indonesia Kuat
15-08-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Makassar - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa ketidakpastian ekonomi global yang utamanya dipicu konflik di berbagai belahan dunia,...
BI Harus Gencar Sosialisasi Payment ID Demi Hindari Misinformasi Publik
14-08-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Balikpapan — Peluncuran Payment ID sebagai identitas tunggal transaksi digital terus disorot. Meskipun batal diluncurkan pada 17 Agustus 2025...